Rumah Adat Karo
Pada
masyarakat Karo terdapat suatu rumah yang dihuni oleh beberapa
keluarga, yang penempatan jabu-nya didalam rumah tersebut diatur menurut
ketentuan adat dan didalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat,
itulah yang disebut dengan rumah adat Karo. Rumah adat Karo ini berbeda
dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan
rumah adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian
sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan
karena itulah disebut rumah adat.

Si waluh jabu
Berdasarkan bentuk atap, rumah adat karo dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
- a. Rumah sianjung-anjung
Rumah sianjung-anjung adalah rumah bermuka empat atau lebih, yang dapat
juga terdiri atas sat atau dua tersek dan diberi bertanduk.
- b. Rumah Mecu. Rumah mecu adalah rumah yang bentuknya sederhana, bermuka dua mempunyai sepasang tanduk.
Sementara menurut binangun, rumah adat Karo pun dapat dibagi atas dua yaitu:
- a. Rumah Sangka Manuk. Rumah sangka manuk yaitu rumah yang binangunnya dibuat dari balok tindih-menindih.
b. Rumah Sendi.
Rumah sendi adalah rumah yang tiang rumahnya dibuat berdiri dan satu sama lain dihubungkan dengan balok-balok sehingga bangunan menjadi sendi dan kokoh. Dalam nyanyian rumah ini sering juga disebut Rumah Sendi Gading Kurungen Manik.
Rumah sendi adalah rumah yang tiang rumahnya dibuat berdiri dan satu sama lain dihubungkan dengan balok-balok sehingga bangunan menjadi sendi dan kokoh. Dalam nyanyian rumah ini sering juga disebut Rumah Sendi Gading Kurungen Manik.
Rumah adat Karo didirikan berdasarkan arah kenjahe (hilir) dan kenjulu (hulu) sesuai aliran air pada suatu kampung.
- Jabu dalam Rumah Adat
Rumah
adat biasanya dihuni oleh empat atau delapan keluarga. Penempatan
keluarga-keluarga itu dalam bagian rumah adat (jabu) dilakukan
berdasarkan ketentuan adat Karo. Rumah adat secara garis besar dapat
dibagi atas jabu jahe (hilir) dan jabu julu (hulu). Jabu jahe terbagi
atas jabu bena kayu dan jabu lepar benana kayu. Demikian juga jabu
kenjulu dibagi atas dua, yaitu jabu ujung kayu dan jabu rumah sendipar
ujung kayu. Inilah yang sesungguhnya disebut sebagai jabu adat.
Rumah-rumah adat empat ruang ini dahulunya terdapat di Kuta Buluh, Buah
Raja, Lau Buluh, Limang, Perbesi, Peceren, Lingga, dan lain-lain.
Ada
kalanya suatu rumah adat terdiri dari delapan ruang dan dihuni oleh
delapan keluarga. Malahan kampung Munte ada rumah adat yang dihuni oleh
enam belas keluarga. Dalam hal rumah adat dihuni oleh delapan
keluarga, sementara dapuar dalam rumah adat hanya ada empat,
masing-masing jabu dibagi dua, sehingga terjadilah jabu-jabu sedapuren
bena kayu, sedapuren ujung kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu
sedapuren lepar ujung kayu.
Adapun susunan jabu dan yang menempatinya adalah sebagai berikut:
- 1. Jabu Benana Kayu.
Terletak di jabu jahe. Kalau kita kerumah dari ture jahe, letaknya
sebelah kiri. Jabu ini dihuni oleh para keturunen simantek kuta
(golongan pendiri kampung) atau sembuyak-nya. Fungsinya adalah sebagai
pemimpin rumah adat.
- 2. Jabu ujung Kayu (anak beru).
jabu ini arahnya di arah kenjulu rumah adat. Kalau kita masuk kerumah
adat dari pintu kenjulu, letaknya disebelah kiri atau diagonal dengan
letak jabu benana kayu. Jabu ini ditempati oleh anak beru kuta atau anak
beru dari jabu benana Kayu. Fungsinya adalah sebagai juru bicara jabu
bena kayu.
- 3. Jabu Lepar Benana Kayu
Jabu ini di arah kenjahe (hilir). Kalau kita kerumah dari pintu kenjahe
letaknya disebelah kanan, Penghuni jabu ini adalah sembuyak dari jabu
benana kayu. Fungsinya untuk mendengarkan berita-berita yang terjadi
diluar rumah dan menyampaikan hal itu kepada jabu benana kayu. Oleh
karena itu, jabu ini disebut jabu sungkun berita (sumber informasi).
- 4. Jabu lepar ujung kayu (mangan-minem)
Letaknya dibagian kenjulu (hulu) rumah adat. Kalau kita masuk dari
pintu kenjulu ke rumah adat, letaknya di sebelah kanan. Jabu ini
ditempati oleh kalimbubu jabu benana kayu. Oleh karena itu, jabu ini
disebut jabu si mangan-minem. Keempat jabu inilah yang disebut dengan
jabu adat, karena penempatannya harus sesuai dengan adat, demikian juga
yang menempatinya ditentukan menurut adat. Akan tetapi, adakalanya
juga rumah adat itu terdiri dari delpan atau enam belas jabu.
- 5. Jabu sedapuren benana kayu (peninggel-ninggel).
Jabu ini ditempati oleh anak beru menteri dari rumah si mantek kuta
(jabu benana kayu), dan sering pula disebut jabu peninggel-ninggel. Dia
ini adalah anak beru dari ujung kayu.
- 6. jabu sidapuren ujung kayu (rintenteng).
Ditempati oleh sembuyak dari ujung kayu, yang sering juga disebut jabu
arinteneng. Tugasnya adalah untuk engkapuri belo, menyerahkan belo
kinapur (persentabin) kepada tamu jabu benana kayu tersebut. Oleh karena
itu, jabu ini disebut juga jabu arinteneng.
- 7. Jabu sedapuren lepar ujung kayu (bicara guru). Dihuni oleh guru (dukun) atau tabib yang mengetahui berbagai pengobatan. Tugasnya mengobati anggota rumah yang sakit.
8. Jabu sedapuren lepar benana kayu
Dihuni oleh puang kalimbubu dari jabu benana kayu disebut juga jabu pendungi ranan. Karena biasanya dalam runggun adat Karo persetujuan terakhir diberikan oleh puang kalimbubu.
Dihuni oleh puang kalimbubu dari jabu benana kayu disebut juga jabu pendungi ranan. Karena biasanya dalam runggun adat Karo persetujuan terakhir diberikan oleh puang kalimbubu.